Sangkareho

Callicarpa longifolia Lam.

Lamiaceae

Lokasi di taman kami

Rumah Kaca

Sinonim

Callicarpa albida Blume

Callicarpa attenuata Wall. ex Walp.

Callicarpa blumei Zoll. & Moritzi

Habitus

Semak. Perdu tahunan, tinggi hingga mencapai 6 m

Bagian Yang Digunakan

  • Daun
  • Akar

Syarat Tumbuh

  • Matahari Penuh

Habitat

  • Hutan
  • Pinggir Jalan
  • Daratan

Penyebaran Tanaman

Sangkareho berasal dari China Selatan, Thailand Selatan melalui Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei, Indonesia hingga Papua Nugini, dan Australia. Tanaman ini umumnya ditanam sebagai tanaman hias dan tanaman obat karena dipercaya memiliki manfaat bagi kesehatan. Masyarakat China, telah memanfaatkan daunnya untuk mengobati luka. Sedangkan di Indonesia, terutama masyarakat suku Dayak yang secara turun temurun telah meracik dan menggunakan tanaman sangkareho dengan beberapa cara yang dipercaya ampuh mengatasi keputihan pasca melahirkan dan masih digunakan hingga saat ini. Selain itu masyarakat suku Kutai dan Dayak juga menggunakan tanaman ini sebagai obat bengkak, obat nyeri pasca persalinan dan biasanya dijadikan bedak dingin untuk mengobati jerawat.

Nama Lokal

Kerehau, Kayu nasi-nasi.

Agroekologi

Sangkareho dapat ditemukan tumbuh di hutan sekunder, area terganggu seperti pinggir jalan atau area terbuka di hutan primer, semak belukar, sepanjang sungai dan aliran sungai, lereng bukit, pada ketinggian mulai dari permukaan laut hingga 1.700 m dpl. Tanaman ini menyukai tanah yang sangat subur dan berdrainase baik, posisi berada di bawah sinar matahari penuh, serta kondisi lingkungan pada suhu udara 30,4 ºC dengan kelembaban udara 76%. Di alam liar, tanaman ini sering ditemukan di tanah yang buruk, lembap, dan berpasir.

Morfologi

  • Akar tunggang, berwarna cokelat kekuningan, bercabang-cabang dan banyak memiliki rambut akar. Memiliki rasa pahit, sedikit hambar, dan bau khas yang agak menyengat.
  • Batang berbentuk bulat, berwarna hijau, bertotol kecil-kecil, ditutupi bulu seperti serpihan berwarna cokelat atau putih kecokelatan. Cara percabangan simpodial.
  • Daun tunggal, daun muda berwarna hijau kecokelatan, sedangkan daun tua berwarna hijau tua, letak berhadapan, helai daun berbentuk elips hingga bulat telur, tepi bergerigi, ujung meruncing, pangkal lancip hingga menyempit, tulang daun menyirip, permukaan atas tersebar bulu bercabang dan kelenjar sessile kuning. Permukaan bawah hampir tidak tertutup bulu atau tertutupi tipis.
  • Bunga kecil, memiliki kelopak bentuk corong sempit dengan 4 lobus dangkal ditandai dengan ujung menebal, permukaan luar dengan berbulu pendek, permukaan dalam gundul, berwarna hijau kecokelatan. Mahkota berwarna merah muda pucat sampai ungu, terbagi menjadi 4 lobus, permukaan luar berbulu yang menonjol, permukaan dalam gundul. Benang sari berjumlah 4 yang keluar dari pangkal tabung mahkota. Perbungaan tipe cyme, majemuk atau berkelompok, muncul di ketiak daun.
  • Buah berwarna hijau dan menjadi putih atau krem ketika matang, berdaging, ditutupi oleh bulu-bulu kecil dan kelenjar kuning, setiap buah mengandung 1-4 biji.

Budidaya

  • Perbanyakan dilakukan secara generatif (biji) dan vegetatif (stek batang).
  • Perkecambahan biasanya terjadi dalam waktu 1-3 bulan pada suhu 18 °C.

Kandungan Bahan Kimia

Flavonoid, tanin, saponin, dan terpenoid.

Khasiat

Mengobati sakit perut, diare, sifilis, demam, malaria, bengkak, sariawan, bisul, jerawat, memar dan luka, kanker, perawatan setelah melahirkan, keputihan pasca melahirkan, memiliki aktivitas sebagai analgesik.

Simplisia

  • Siapkan daun sangkareho, lalu cuci dengan air bersih.
  • Setelah bersih, tiriskan agar sisa air cucian terbuang.
  • Rajang dengan lebar 1,5 cm agar proses pengeringan berlangsung lebih cepat.
  • Keringkan dengan cara diangin-anginkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari.
  • Haluskan daun kering sampai menjadi serbuk lalu ayak dengan pengayak ukuran 60 mesh.
  • Simpan dalam wadah bersih dan kedap udara.

Bagian Tanaman Yang Dimanfaatkan

Ramuan Tradisional

1. Keputihan setelah melahirkan

  • Siapkan 7 lembar daun sangkareho, kunyit, jahe, dan kencur kira-kira sebesar mata ikan, lalu nasi pulen hangat.
  • Tumbuk daun sangkareho, kunyit, jahe dan kencur sampai halus.
  • Campur bahan yang telah halus dengan nasi pulen hangat.
  • Bentuk bulat-bulat kecil agar mudah ditelan penggunaannya.
  • Makan 1 kali dalam sehari, hari ke dua jumlah berkurang menjadi 5 lembar, hari ke tiga jumlah daun berkurang menjadi 3 lembar.Jika keputihan masih berlanjut setelah hari ke tiga maka akan diulang dengan jumlah sama dengan hari pertama dan begitu perhitungannya pada hari selanjutnya sampai keputihan pasca melahirkan benar-benar pulih.

Sumber Referensi

  1. Ibrahim. 2016. INVENTARISASI TUMBUHAN OBAT TRADISIONAL SUKU DAYAK BAKUMPAI DI KECAMATAN MURUNG KABUPATEN MURUNG RAYA. [skripsi]. INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA.
  2. Supomo dkk. 2016. Karakterisasi dan Skrining Fitokimia Daun Kerehau (Callicarpa longifolia Lamk.). Jurnal Kimia Mulawarman 13(2).
  3. Royal Botanic Gardens. 2021. Plants of the World Online: Callicarpa longifolia Lam. http://www.plantsoftheworldonline.org/taxon/urn:lsid:ipni.org:names:861382-1. 18-09-2021.
  4. Useful Tropical Plants Database. 2014. Callicarpa longifolia. https://tropical.theferns.info/viewtropical.php?id=Callicarpa+longifolia. 18-09-2021.
  5. Flora Fauna Web. 2019. Callicarpa longifolia Lam. https://www.nparks.gov.sg/florafaunaweb/flora/5/5/5575. 18-09-2021.